Minggu, 03 Juni 2012

Bersyukur Juga Bisa Kurang Baik

LP - “Habiskan makananmu. Ada banyak anak lain yang tidak punya rumah dan tidak bisa makan cukup lho di luar sana.”

Petuah semacam ini pasti pernah Anda terima semasa kecil dahulu dari orangtua maupun sanak saudara. Maksud orangtua kita mungkin memang baik, yakni mengajarkan kita untuk mampu bersyukur dengan makanan yang bisa kita makan hari ini dan apa pun yang kita miliki saat ini. Tak ada yang salah dengan bersyukur, tapi berhati-hatilah untuk tidak bersyukur dengan alasan yang salah.

Mengasumsikan bahwa ada sebagian orang lain yang kurang beruntung dibanding diri kita saat ini bisa jadi cara bersyukur yang kurang baik. Jadi, saat ini kita telah mampu mengakses internet dengan cepat, mempunyai telepon seluler, dan bisa memperoleh air bersih dengan mudah. Apakah hal-hal di atas lantas membuat kita menjadi orang yang lebih baik daripada orang-orang yang tak memiliki kesempatan yang sama?

“Tentu tidak,” mungkin itu jawab Anda dalam hati. Tapi, apa benar demikian yang Anda rasakan dalam hati? Ini tak semata soal bagaimana kita memandang orang lain yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ini tentang bagaimana kita mempersepsikan manusia secara umum.

I’m not okay, you’re not okay. Orang-orang yang kekurangan secara materiil memang mudah terlihat sebagai pihak yang patut dikasihani. Namun, sesungguhnya kita pun tak jauh berbeda dari mereka.

Saat mereka tak punya air bersih untuk minum, kita punya jumlah penderita depresi dan angka bunuh diri yang tinggi. Saat mereka tak punya fasilitas kesehatan yang layak, kita harus berjuang dengan berbagai kasus ketergantungan obat. Saat mereka punya angka buta huruf yang tinggi, kita punya angka perceraian yang tinggi.

Daripada bersyukur dengan cara membandingkan diri dengan kondisi orang lain yang kita anggap lebih buruk, cukuplah kita berterima kasih dengan kondisi kita sendiri saat ini. Bersyukurlah untuk semua makanan enak yang bisa kita makan hari ini. Jangan bersyukur untuk 2/3 penduduk muka bumi lain yang tidak bisa menikmatinya.

Saya, mereka, dan Anda adalah sama. Cukup syukuri saja apa yang kita miliki dan mari kita berjuang mengarungi hidup dengan cara kita sendiri-sendiri. (daniel-wong.com)

author : Novani Nugrahani - Intisari

0 comments:

Posting Komentar